SEDANG DALAM TAHAP UJI COBA!!!

Sejarah Berdirinya Kabupaten Magetan

go to Magetan-Kabupaten Magetan Kata Mbah saya dulu bernama Kadipaten Mageti yang dipimpin oleh seorang keturunan Raja dari Kerajaan Mataram dengan gelar Adipati. Saat itu Kadipaten Mageti termasuk wilayah kekuasan Kerajaan Hindu Mataram.

Setelah 
Sultan Agung Hanyokrokusumo tahun 1645 Masehi digantikan oleh Sultan Amangkurat I pada tahun 1646-1677 kerajaan Mataram melemah, karena Sultan Amangkurat I bersekutu dengan Kompeni Belanda (VOC).

Pada tahun 1646, Sultan Amangkurat I mengadakan perjanjian dengan koloni Belanda, sehingga Belanda bisa memperkuat diri dan bisa bebas dari ancaman Mataram. Bahkan pengaruh kolonial Belanda bisa menguasai perdagangan sampai Ternate, Ambon dan Pulau Banda.

Sikap Sultan Amangkurat I yang bekerja sama dengan VOC ini menyebakan beberapa wilayah mulai memberontak diantaranya  yaitu Pangeran Giri 
di pesisir utara melepaskan diri dari Kerajaan Mataram.

Pangeran Trunojoyo dari Madura juga sangat kecewa dengan pamannya sendiri yang bernama Pangeran Cakraningrat II hanya bersenang-senang/foya-foya di pusat Pemerintahan Mataram. Sehingga Pangeran Trunojoyo memberontak Mataram pada tahun 1674 yang didukung oleh kerajaan kecil dari Makasar, Ternate dan Tidore.

Pada saat pusat Kerajaan Mataram sudah tidak aman/kacau balau, kerabat keraton yang bernama Basah Bibit (Basah Gondokusumo) dan Patih Mataram yang bernama Pangeran Nrang Kusumo dituduh bersekutu dengan para ulama, beroposisi menantang kebijaksanaan Sultan Amangkurat I.

Karena tuduhan itu, Basah Gondokusumo diasingkan di rumah kakeknya yang bernama Basah Suryaningrat di Gedong Kuning Semarang selama 40 hari. Patih Nrang Kusumo meletakkan jabatanya sebagai patih diganti Nrang Boyo II. Kemudian pergi bertapa di bagian timur Gunung Lawu. Nrang Kusumo dan Nrang Boyo II adalah putra dari Patih Nrang Boyo, Kanjeng Gusti Susuhunan Giri IV Mataram.

Dalam pengasingan di Gedong Kuning Semarang, Basah Gondokusumo mendapat nasihat dari kakeknya Basah Suryaningrat untuk pindah ke timur Gunung Lawu karena ada berita di timur Gunung Lawu sedang ada babat hutan. Babat hutan ini dilaksanakan oleh Eyang Buyut Suro yang bergelar Ki Ageng Getas atas perintah Ki Ageng Mageti.

Untuk mendapatkan sebidang tanah pemukiman, Basah Gondokusumo dan kakeknya Basah Suryaningrat di antar oleh Ki Ageng Getas menemui Ki Ageng Mageti di tempat kediamannya di dukuh Gandong Selatan yang sekarang bernama ‘Surya Graha’.

Alhasil, Basah Suryaningrat diberi sebidang tanah di sebelah utara Sungai Gandong sekarang tepatnya di Desa Tambran, Kecamatan Kota Magetan. Peristiwa pemberian sebidang tanah itu setelah mengalami proses musyawarah antara Basah Suryaningrat dengan Ki Ageng Mageti.

Setelah mengetahui Ki Ageng Mageti kalau Basah Suryaningrat masih kerabat keraton dan sesepuh Mataram yang memang harus memerlukan perlindungan. Sebagai tanda kesetian baktinya dengan Mataram, Ki Ageng Mageti akhirnya mempersembahkan seluruh milik tanahnya. Dan akhirnya 
pada tanggal 12 Oktober 1675, Ki Ageng Mageti sekaligus Basah Suryaningrat melantik cucunya yang bernama Basah Gondokusuma menjadi Adipati, dengan gelar Yosonegoro yang kemudian dikenal dengan nama Bupati Yosonegoro .

Karena rasa 
bangganya terhadap Ki Ageng Mageti yang telah memberikantanah yang barwujud suatu wilayah yang cukup luas dan strategi, maka Basah Suryaningrat dan Yosonegoro (Basah Gondokusumo)  menamakan tanah yang baru itu dengan nama tanah Magetan.

TAMBAHAN:

Mengapa leluhur kita dahulu memilih dan menetapkan 12 Oktober 1675 Masehi tersebut sebagai hari jadi Kabupaten Magetan ? Tentu para leluhur dalam memilih waktu yang bersejarah bagi masyarakat Magetan telah melalui pertimbangan yang matang dan bijaksana. Bagaimana kita melihat hari jadi Magetan dari sisi 'budaya Jawa' dan Islam ?

Hari jadi Kabupaten Magetan tanggal 12 Oktober 1675 Masehi bertepatan dengan 20 Rajab 1086 Hijriyah harinya Sabtu Pahing. Jadi Kabupaten Magetan lahir di hari Sabtu Pahing bulan Rajab. Hari Sabtu itu nilainya 9 dan Pahing itu nilainya juga 9. Dalam kalender Islam bulan Rajab itu bulan yang ke 7. Hari Sabtu itu hari yang ke 7.

Dalam Al Quran surat At Taubah ayat 36 : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Alloh di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram...”. Bilangan bulan itu ada 12 bulan diantaranya ada 4 bulan haram. Empat bulan haram yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Leluhur Magetan memilih bulan Rajab sebagaimana tercantum dalam surat Taubah ayat 36 sebagai bulan kelahirannya Kabupaten Magetan. Rajab adalah bulan Alloh yang mengandung peristiwa besar dan sangat dimuliakan. Rajab termasuk bulan haram dalam arti mulia, agung, istimewa, tidak boleh. Pada bulan haram tersebut tidak boleh mengadakan peperangan atau pertumpahan darah.

Dalam surat Al A'raaf ayat 180 : “Alloh mempunyai asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu...”. Alloh mempunyai 99 nama-nama yang agung. Berdoalah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu. Surat Al A'raaf itu surat ke 7 sedangkan At Taubah itu surat ke 9 dalam Kitab Al Quran. Kabupaten Magetan lahir pada hari Sabtu Pahing bulan Rajab. Sabtu itu hari ke 7 dan Rajab itu bulan ke 7. Sabtu itu nilainya 9. Pahing itu nilainya 9.

Tanggal 12 Oktober 1675 M atau 20 Rajab 1086 H atau 20-7-1086 H. Bila dijumlahkan angka 2+0+7+1+0+8+6=24. Dalam sehari semalam ada 24 jam. Itulah waktu dan kesempatan yang dimiliki manusia. Itulah umur manusia dalam sehari semalam. Apakah diisi dengan sesuatu yang bermanfaat ataukah diisi dengan sesuatu yang merugikan dan sia-sia.

Ternyata hari jadi Kabupaten Magetan 12 Oktober 1675 mengandung makna tersembunyi dan pesan khususnya bagi masyarakat di Magetan. Pemilihan dan penetapan hari, tanggal dan bulan tersebut tidak dilakukan secara sembarangan namun dilakukan dengan matang, bijak dan penuh hikmah oleh para leluhur kita dahulu atas petunjuk dari Alloh Tuhan yang Maha Kuasa.

Hari, bulan, dan nilainya hari jadi Kabupaten Magetan 12 Oktober 1675 M atau 20 Rajab 1086 H menyiratkan pesan kepada masyarakat Magetan untuk mengingat isi kandungan Al Quran khususnya surat At Taubah dan Al A'raaf. 

Semoga visi Bupati Magetan Drs. H. KRA Sumantri Noto Adinagoro, MM yaitu 'Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Magetan yang adil dan bermartabat' dapat terwujud dengan bimbingan dan ridho Alloh Tuhan yang Maha Esa.

Nama-nama Bupati Kabupaten Magetan

Membicarakan sejarah Kabupaten Magetan, tak lengkap bila tidak mengenal siapa yang pernah memimpinya atau menjadi bupati Kabupaten Magetan

Dibawah ini adalah nama-nama Bupati yang pernah menjabat menjadi bupati di Kabupaten Magetan, yaitu:
  1. Raden Tumenggung Yosonegoro(1675 - 1703)
  2. Raden Ronggo Galih Tirtokusumo (1703 - 1709)
  3. Raden Mangunrono(1709 - 1730)
  4. Raden Tumenggung Citrodiwirjo (1730 - 1743)
  5. Raden Arja Sumaningrat(1743 - 1755)
  6. Kanjeng Kyai Adipati Poerwadiningrat (1755 - 1790)
  7. Raden Tumenggung Sosrodipuro(1790 - 1825)
  8. Raden Tumenggung Sosrowinoto (1825 - 1837)
  9. Raden Mas Arja Kartonagoro(1837 - 1852)
  10. Raden Mas Arja Hadipati Surohadiningrat III (1852 - 1887)
  11. Raden M.T. Adiwinoto(1887 - 1912), R.M.T. Kertonegoro (1889)
  12. Raden M.T. Surohadinegoro (1912 - 1938), R.A. Arjohadiwinoto (1919)
  13. Raden Mas Tumenggung Soerjo(1938 - 1943)
  14. Raden Mas Arja Tjokrodiprojo (1943 - 1945)
  15. Dokter Sajidiman(1945 - 1946)
  16. Sudibjo (1946 - 1949)
  17. Raden Kodrat Samadikoen(1949 - 1950)
  18. Mas Soehardjo (1950)
  19. Mas Siraturahmi(1950 - 1952)
  20. M. Machmud Notonindito (1952 - 1960)
  21. Soebandi Sastrosoetomo (1960 - 1965)
  22. Raden Mochamad Dirjowinoto(1965 - 1968)
  23. Boediman (1968 - 1973)
  24. Djajadi (1973 - 1978)
  25. Bambang Koesbandono (1978 - 1983)
  26. M. Sihabudin (1983 - 1988)
  27. Soedharmono (1988 - 1998)
  28. Soenarto
  29. Saleh Mulyono
  30. Drs. H. KRA Sumantri Noto Adinagoro, MM.
Diantara nama-nama bupati Kabupaten Magetan diatas yang pernah kulihat langsung hanya bupati sekarang yaitu Drs. H. KRA Sumantri Noto Adinagoro, MM.

Saya berharap suatu saat sejarah ini di ajarkan di sekolah-sekolah dan masuk kurikulum di pendidikan Kabupaten Magetan.

Desa Sundul |desa pertama di Magetan yang memakai domain desa.id

 Sejak hari Senin 10 Juni 2013 Situs resmi Desa Sundul Kecamatan Parang Kabupaten Magetan telah bisa di akses warga dunia.


Situs yang beralamat :www.sundul.desa.id ini menjadikan desa Sundul sebagai desa pertama kali yang memakai domain desa.id yang luncurkan oleh PANDI pada 1 Mei 2013.

Seperti yang diumumkan oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) pada 1 Mei 2013 telah meluncurkan domain tingkat dua (DTD) baru "desa.id" pada 1 Mei 2013. Domain ini akan digunakan oleh identitas desa yang selama ini belum memiliki domain internet sendiri.


Sejak 1 Mei 2013, domain desa.id dapat didaftarkan oleh kepala desa atau sekretaris desa yang bersangkutan. Domain desa.id diharapkan mampu mendukung pengembangan konten internet Indonesia dari wilayah perdesaan. "Ini sejalan dengan program pemerintah untuk mengembangkan internet ke wilayah perdesaan. 

Semoga dengan hadirnya sundul.desa.id ini bisa memotivasi desa-desa lain yang berada di Kabupaten Magetan untuk mengikuti jejaknya dan segera membuat situs resmi desa (kantor online) untuk mewujudkan desa yang maju,tansparan dan tidak ketinggalan jaman, serta terwujudlah pemerintahan yang cepat,efektif dan tepat sasaran, serta mudah didalam formasinya.

Maju terus desaku, jadilah desa yang membanggakan bagi Indonesia!

Legenda asal usul desa Selotinatah Magetan

Asal usul desa di Magetan kali ini akan membahas Legenda Desa Selotinatah Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.

Konon diceritakan ada seorang maling genthiri (Pencuri yang berbudi baik) bermukim di suatu tempat, di sebuah desa di sebelah timur gunung Lawu. Tak jauh dari rumah maling Genthiri ini ada sebuah rumah besar yang pemiliknya sanganlah kikir.

Maka pada suatu malam maling genthiri ini bermaksud untuk mencuri barang-barang milih orang kaya tersebut, yang rencana hasil dari pencurian itu akan di berikan kepada orang-orang yang kekurangan. Adapun rencana jitunya adalah maling genthiri akan membuat lubang dibawah tanah (jw. gangsir) dari rumahnya sampai menuju rumah orang kaya yang kikir itu.

Nah rencana itupun di laksanakan dan selesailah lobang bawah tanah tersebut, dan pada ahirnya berhasillah maling genthiri masuk kerumah orang kaya tersebut, dan maling genthiripun mengambil barang-barang milik orang kaya tersebut, dan diberikanlah hasil pencurian tersebut kepada orang-orang yang miskin.

Namun perbuatan maling genthiri ini diketahui orang kaya tersebut dan di kejarnya maling genthiri, dan tersudutkan di dukuh banjar. Karena tersudutkan maka maling Genthiri bersembunyi di balik batu (jw. selo) serta bersandar di batu. Dan anehnya punggung maling Genthiri itu seperti menempel erat dengan batu dan para pengejarnya tidak bisa membawa sang maling Genthiri karena punggungnya menempel dengan batu, maka mereka berencana untuk menusuknya dari depan.

Mengetahui para pengejarnya akan menusuk dari depan maka maling genthiri cepat-cepat berkata "Menusuk maling kok dari muka, menusuk pencuri itu dari belakang to! dan anehnya orang yang mau menusukpun tercengang dan menuruti perkatan sang maling genthiri. 

Orang yang akan menusuk itu berpikir sejenak dan akhirnya mempunya akal, yaitu mereka mengambil tatah  (alat untuk memecah batu) untuk menatah batu yang menempel di punggung sang maling Genthiri tersebut. Dan mulaialah mereka menatah batu tersebut dan akhirnya tembuslah batu tersebut. Namun ketika batu yang di tatah sudah tembus tepat di punggung maling Genthiri dan tinggal menusuknya, maling genthiri berkata Lagi : " Menusuk maling kok di siang hari, mestinya menusuk maling itu pada malam hari"!

Ahirnya orang yang akan menusuk maling genthiri itu merasa kalah akal dengan maling genthiri, kemudian orang yang akan menusuk itu mengajak maling Genthiri untuk berbicara di atas bukit, dan akhirnya maling Genthiri di bebaskan.

Maka daerah tempat orang menatah batu di punggung maling Gentiri tersebut di namakan SELOTINATAH. Selotinatah tersebut mengambil kata SELO (batu) dan di TATAH(alat memecah batu), Yaitu peristiwa di tatahnya batu yang ada di punggung maling Genthiri.

Legenda Desa Sukowinangun Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan

 Hari ini ane akan berbagi tentang Legenda Desa Sukowinangun Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan.

Nah ane tertarik memposting ini pada saat  sedang duduk nongkrong di pasar sayur bagian selatan tepatnya di area parkir selatan pasar sayur. Mata saya awalnya sebenarnya melihat motor yang berlalu lalang di ruas jalan kunti magetan. Walaupun tiap minggu ane duduk di tempat ini, tidak terpersik di dalam pikiran ane untuk memposting ini. Namun kali ini ane merasa berbeda dan ingin memposting ini karena tertarik setelah melihat kantor Kelurahan Sukowinangun yang berada  di jalan Kunti no 3 Magetan, atau selatan pasar sayur magetan.

Dahulu nih sob Desa Sukowinangun terdiri dari dua kelurahan atau dua desa, yaitu:
  1. Kelurahan Bangun Kepala desanya Karyodimejo, mempunyai dukuhan Mlangi.
  2. Kelurahan Clelek, kepala desanya Hirodikromo, mempunyai dukuh Bantengan dan Sobontoro
  3. Ditambah dukuh Banjarmlati, asalnya dari Desa Kebonagung.
Adapun dukuh-dukuh tersebut mempunyai cerita-cerita sendiri, adapun cerita yang ane peroleh seperti di bawah ini:

Dukuh Mlangi
Pada tahun 1860 di daerah ini ada pendatang bernama Kyai Mlangi, mereka sebagai guru ngaji yang mengajarkan soal pendidikan agama islam, khususnya membaca Al Qur'an. Di tempat ini Kyai Mlagi mendirikan langgar, Masjid dan tempat pendidikan agama yang lainnya. Nah pada akhirnya karena jasa beliau tempat ini di namakan Dukuh Mlangi. Kyai Mlangi setelah meninggal juga di makamkan di dukuh Mlangi.

Dukuh Clelek
Konon dahulu kala di daerah ini ada seorang buronan yang di cari pemerintah. Disini buronan tersebut bingung karena dikejar-kejar terus oleh pemerintah. Buronan ini karenan bingung, ia tampak "clela-clele" dan mondar mandir kesana dan kemari. Atas kesepakatan masyarakat setempat, akhirnya daerah ini dinamakan dukuh CLELEK

Dukuh Bantengan
Pada tahun 1855 ada seekor banteng yang mengamuk didaerah tersebut. Banteng itu dapat di pegang dan di jinakkan oleh seseorang di tempat ini. Akhirnya tempat ini dinamakan dukuh Bantengan.

Dukuh Sobontoro
Pada tahun 1855 ada seorang Kyai datang dari Jawa Tengah. Kyai tersebut  bernama Kyai Sobontoro. Di tempat ini beliau mengajarkan dan menyiarkan agama. Dan kesekian lama beliau mengajarkan agama dan bahkan tempat ini menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam akhirnya atas kesepakatan bersama tempat ini di namakan dukuh SOBONTORO.

Dukuh Banjarmlati
Pada tahun 1865 ada seorang pendatang dari kraton Surakarta. Pendatang tersebut mempunyai keahlian di bidang pertanian. Orang tersebut selalu membawa keris pusaka yang di beri ronce. Sarung pusakanya amat bagus, dan banyak orang yang tertarik untuk memilikinya. Setelah meninggal pendatang tersebut di makamkan di tempat ini, dan makamnya dirawat dengan baik oleh penduduk setempat, karena pendatang itu sangat berjasa terhadap penduduk setempat. kemudian daerah ini di namakan dukuh BANJARMLATI. Makam orang tersebut dinamakan punden Selurung dan menjadi pundennya orang-orang Banjarmlati.

Pada tahun 1901 dukuh-dukuh tersebut di atas di susut. dukuh bangun dan Clelek di jadikan menjadi satu desa, dan di tambah dukuh banjarmlati. Dukuh gabungan ini dinamakan Desa Sukowinangun.  

Sekian Legenda Desa Sukowinangun Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. ane tulis yang berdasarkan sumber dari buku asal usul desa yang di susun oleh Drs Soetarjono sebagai buku referensi perpustakaan Daerah Magetan.

Legenda Desa Banjar Panjang Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan

Kabupaten Magetan - Legenda Desa Banjar Panjang Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan. Desa Banjar panjang dahulunya masuk wilayah kecamatan Kawedanan, namun sekarang berubah menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Ngariboyo Magetan.

Menurut informasi yang kabupatenmagetan.com peroleh orang yang babat pertama kali di daerah tersebut adalah seorang pelarian dari daerah Mataram, yang tepatnya adalah salah seorang prajurit Pangeran Diponegoro, yang lebih di kenal dengan sebutan Mbah Panjang.

Mbah Panjang ini adalah salah seorang prajurit andalan Pangeran Diponegoro, yang menurut cerita ia melarikan diri karena di tinggal oleh teman-teman seperjuangan, dan dalam pelarian tersebut ia sampai di tempat rawa-rawa serta penuh dengan pepohonan berduri. 

Mbah Panjang ini akhirnya menetap di tempat ini dengan memulai membuka lahan-lahan pemukiman, yang semula hanya 9 keluarga.

Dan daerah tersebut semakin lama semakin banyak penghuninya, dan akhirnya dikarenakan Mbah Panjang  adalah sebagai Cikal Bakal dari daerah tersebut di jadikanlah ia sebagai  Palang, yang membawahi 5 kademangan.

Tempat kademangan tersebut secara kebetulan letaknya berbanjar-banjar, yang oleh karena inilah daerah baru tersebut di namakan BANJAR PANJANG. Nama ini diambil dati kademangan yang berbanjar dan pemimpinnya bernama Panjang, jadilah dua suku kata ini menjadi nama daerah tersebut.

Adapun nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di Banjar Panjang adalah:
  1. Cokrosemito, adalah pilihan Bupati
  2. Mbah lurah sepuh, adalah putra Mbah Cokrosemito
  3. Toikromo, adalah adik lurah sepuh
  4. Tjokro Supatmo, adalah lurah yang terkenal kaya, sakti dan menjadi dukun
  5. Soepioen
  6. Parlan
  7. Lurah selanjutnya
Di bawah ini adalah beberapa gambar makam dari mantan lurah Desa Banjar Panjang kecapamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan yang dapat kami potret.
Makam Lurah Tjokro Supatmo
Makam Lurah Soepioen


Desa Banjar Banjang ini wilayahnya terbagi menjadi beberapa dukuhan, diantaranya adalah:
  1. Dukuh Banjar Panjang
  2. Dukuh Pulutan

Asal Usul Desa Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan

Asal Usul Desa Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.  Beberapa waktu lalu ane sempat posting mengenai nama-nama Desa di Kecamatan Nagariboyo Magetan, dan sekarang ane akan memposting tentang Asal Usul Desa Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

Desa Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten secara administratif di batasi oleh:
  • Sebelah utara: Desa Bulukerto
  • Sebelah selatan: Desa Banyudono
  • Sebelah Timur Desa Mojopurno
  • Sebelah barat: Desa Balegondo
Desa Ngariboyo terdiri dari 3 dukuhan, yaitu:
1. Dukuh Jetis
2. Dukuh Ngariboyo
3. Dukuh Daleman

Asal usul Desa Ngariboyo hingga saat ini belum dapat di ungkap secara jelas, terutama pengungkapan yang dikaitkan dengan cikal bakal desa tersebut.

Menurut keterangan sumber yang di dapat  kabupaten magetan.com pada jaman dahulu ratusan tahun yang lalu, desa Ngariboyo ini berwujud kawasan yang penuh dengan pohon bambu yang berduri. Orang setempat menamakan pohon tersebut dengan Pring Ori. Pada suatu ketika datanglah seorang kiyai pelarian dari Mataram yang tidak jelas siapakah namanya. Pendatang tersebut sampai di tempat tersebut itu karena dikejar-kejar oleh kompeni Belanda. Mereka dianggap sebagai tokoh agama yang berpengaruh besar terhadap masyarakat dan sangat membahayakan terhadap kedudukan Belanda di tanah Jawa ini.

Kyai yang datang sendirian ini bersembunyi di sela-sela pohon bambu yang rindang dan banyak durinya tersebut. Dirinya yakin bahwa belanda tidak akan berani dan mau merambah daerah penuh pepohonan bambu berduri semacam ini. 

Dalam persembunyiannya  kyai dari Mataram ini selalu berdoa memohon kepada Tuhan agar dirinya dapat terhindar dari bahaya.

Permohonan kyai tersebut berhasil, karena setelah beberapa hari ia bersembunyi diantara pohon-pohon bambu yang padat durinya itu, kompeni belanda yang mengejarnya tidak berani merambah daerah yang berisikan pepohonan bambu yang padat durinya tersebut. Kemudian kompeni Belanda itupun meninggalkan tempat itu dengan tangan hampa. Ahirnya kyai tersebut terhindar dari mara bahaya karena di lindungi Allah SWT di sela-sela bambu berduri itu.

Demikian gembiranya kyai tersebut, ahirnya ia membenahi beberapa tempat untuk dijadikan tempat berteduh dan menetap di situ.  Karena terkesan dengan kejadian itu, kyai tersebut menamakan tempat itu NGARIBOYO, yang asal katanya dari Eri (duri) dan Beboyo  menjadi RIBOYO yang pada ahirnya nama familiarnya menjadi NGARIBOYO.

Demikian postingan kabupaten magetan.com kali ini, semoga bermanfaat!

Asal usul Desa Tinap Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan

Asal usul Desa Tinap Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan. Desa Tinap adalah salah satu nama desa di Kabupaten Magetan. 

Batas desa Tinap adalah: 
  1. Utara: Desa Kembangan 
  2. Timur: Desa Pojoksari 
  3. Barat: Desa Bulu dan Kedungguwo 
Desa Tinap terdiri dari beberapa dukuhan: Dukuh Babadan Dukuh Logundeng Dukuh Minongan Dukuh Bon Jeruk Menurut sumber yang di dapat kabupaten magetan.com asal usul desa tinap berawal dari yang namanya Kyai Ageng. Kyi Ageng adalah orang yang di yakini oleh masyarakat tinab sebagai orang yang babat pertama dukuh Babadan

Setelah meninggal dunia beliau di makamkan di desa Tinap, sebelah utara jalan raya, yang pada ahirnya dianggap sebagai Danyang Tinap oleh penduduk sekitar. Maka dari itu makam kyai Ageng tersebut di keramatkan oleh warga sekitar dan sampai sekarang dijadika Punden oleh pendduduk Desa Tinap.

Menurut cerita dahulu apabila masyarakat mengadakan acara bersih desa Kyai Ageng meminta agar diadakan pertunjukan berupa tonton Kencreng, yang sekarang tontonan tersebut sudah jarang ada. Upacara bersih desa ini biasanya diadakan secara meriah dan besar-besaran, namun sekarang cukup diadakan selamatan saja.

Adapun nama Desa Tinap itu menurut sumber yang ane dapat dari dua suku kataIkan Ati dan Kenap. Awal kisahnya pada suatu ketika kepala desa yang pertama mempunyai hajat, terjadi peristiwa yang membuat orang-orang heran bukan kepalang. Pada saat itu tidak diketahui oleh siapapun tiba-tiba ada ikan ati terletak diatas kenap (meja kayu kecil) di rumah kepala desa tersebut. Dengan adanya kejadian ini kepala desa memanggil semua pamongnya untuk membicarakan kejadian yang mengherankan  tersebut. Hasilnya dari pembicaraan tersebut tidak ada yang diketahui siapa yang meletakkan ati diatas kenap tersebut. Dari kejadian ini dan atas persetujuan semua pamong kepala desa menetapkan nama desa tersebut  menjadi TINAP, yang di ambil dari penggabungan dua suku kata ATI dan KENAP.

Desa tinap dapat mengalami perubahan dari satatusnya Desa menjadi Kelurahan setelah kator kecamatan di pindahkan dari desa sukomoro ke desa Tinap. Dan meskipun kantor kecamatan ke desa Tinap, nama kecamatannya tetap Kecamatan Sukomoro.

Sebelum berubah status, desa Tinap di pimpin oleh:
  1. Sartro Sentono
  2. Sutono
  3. Maryono, Pada masa Maryono ini desa Tinap sudah menjadi Kelurahan Tinap. Jadi Maryono menjapat Lurah tidak melalui nproses pemilihan, tetapi diangkat berdasarkan status mereka sebagai Pegawa Negeri Pemerintahan Daerah. Kemudian Maryono dipindah tugasnya dan di ganti dengan Slamet. Dan Slamet pun menjadi lurah bukan berdasarkan pilihan, tetapi tugas sebagai pegawai daerah.
Dengan adanya desa Tinap berubah menjadi Kelurahan, maka semua aparat/ perangkat kelurahan tidak menerima tanah bengkok, melainkan menerima gaji setiap bulan

Asal usul desa Terung Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan

Asal Usul Desa dan Kota Magetan kali ini akan memposting Asal usul desa Terung Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan.

Kono npda waktu KUSEN, yaitu putra Prabu Brawijaya ke -V yang ahirnya menjadi adipati Terung. Adipai Terung ini melakukan babad hutan untuk membuat tempat pemukiman, dan banyak menemui serta mendapati pohon-pohon yang besar yang di sebut pohon SERUNG, ini menjadikan daerah tersebut di namakan desa SERUNG.

Ketikan KASAN, yaitu saudara KUSEN yang berada di Glagahwangi wilayah Demak akan mendirikan masjid, beliau minta bantuan kepada KUSEN untuk membuatkan sebuah Tiang Pokok atau dalam bahasa jawa disebut Saka Guru. Tetapi ketika di tunggu-tunggu sampai tepat waktu mendirikan masjid itu, tiang pokok yang diharapkan tak kunjung datang, dan ini artinya gagal. Karena kegagalan ini, para ulama Glagahwangi berkata: " Sing ngeteri wurung" (Yang akan mengirimi tiang gagal/tidak jadi), maka ahirnya  dari ucapan para ulama Glagahwangi tersebut desa SERUNG (tempat pemesanan Tiang kepada  Kusen) berubah menjadi desa Terung.

Asal usul desa Dukuh Kecamatan Bendo Magetan

Asal usul desa Dukuh Kecamatan Bendo Magetan. Dukuh adalah nama salah satu desa di wilayah Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.

Menurut sumber yang yang kami dapat dari cerita orang-orang tua di desa Dukuh bahwa asal usul desa Dukuh Kecamatan Bendo Magetan adalah sebagai berikut:

Dahulu tempat itu (Dukuh) berwujud hutang yang sangat lebat dn banyak sekali binatang buasnya, sehingga tak seorangpun berani merambahnya. Tempat itu selain banyak binatang buasnya juga sulit untuk di masuki karena banyak pohon-pohon besar dan berduri.

Pada suatu ketika datanglah seorang pengembara dari Jawa Tengah yang tidak diketahui namanya. Pengembara tersebut sebenarnya bermaksud menyebarkan agama Islam, dari satu tempat ke tempat yang lain. Pengembara itu sampai ketempat itu (Dukuh) berusaha untuk membuat tempat berteduh karena memang belum ada tempat untuk berteduh. Tidak begitu jelas kenapa pengembara itu memilih tempat itu untuk memulai memulai untuk babat hutan, menebang pohon-pohon besar, membabat semak-semak berduri, menghalau binatang buas yang suka mengganggu, agar mereka bisa menciptakan lahan untuk pemukiman di tempat itu.

Dari sekian pohon-pohon besar yang di tebang itu, yang paling banyak di tebang adalah pohon SUKUH dan pohon RANDU, sehingga membuat mereka heran kenapa sekian pohon besar yang terdapat dan banyak tumbuh adalah pohon sukuh dan randu.

Dikarenakan kejadian itu sang Pengembara tersebut akhirnya berkata: "Kalau tempat ini sudah tertata sebagai pemukiman dan dapat di gunakan untuk berteduh, akan saya namakan tempat ini DUKUH". Kata dukuh ini singkatan dari ranDU dan suKUH.

Asal usul desa Carikan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan

Asal usul desa Carikan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Desa Carikan adalah nama salah satu desa di Magetan tepatnya di wilayah kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.

Dahulu kala ketika desa Carikan ini wujudnya masih berupa hutan lebat, bermukimlah di tengah tengahnya seorang yang sudah tua bernama Ronggomenggolo. Ronggo menggolo ini bermukim di tengah hutan ini bersama keluarganya.

Di hutan yang lebat tersebut menurut cerita dihuni banyak kera. Apabila malam hari kera-kera tersebut berada di pohon-pohon besar, namun pada siang hari mereka turun untuk mencari makan. Karena begitu banyaknya kera yang berada di hutan itu kerap kali mereka bertengkar satu dengan yang lainya.

Kera-kera tersebut kerap kali menjengkelkan karena sering merusak, dan mengobrak-abrik tanaman di hutan tersebut, sehingga banyak sekali tanaman dihutan yang rusak karena ulah para kera tersebut.

Ronggomenggolo dengan sabar menata kembali hutan tersebut dan di benahi untuk di jadikan tempat berteduh bagi penduduk sekitar yang mau menempatinya. setelah lahan tersebut ramai di huni orang, maka tempat tersebut dinamkan CARIKAN yang artinya: Hutan bekas di rusak atau di orak-arik oleh kera. 

Ronggomenggolo ahirnya menjadi pimpinan desa carikan, namun menurut cerita dari sumber bahwa Ronggomenggolo setelah menata desa carikan tersebut pergi meninggalkan desa tersebut dengan berpesan agar hidup rukun, tekun bekerja, dan menjaga hutan dengan baik, karena hutan adalah salah satu sumber penghidupan yang perlu di jaga dan di lestarikan.

Adapun orang yang pernah menjadi kepala desa di desa Carikan setelah Ronggomenggolo adalah:
  1. Sodikromo
  2. Irodikromo
  3. Karsodikromo
  4. Kartorejo
  5. Kretodrono (1905-1933)
  6. Tjokromedjo(1933-1965)
  7. Senen(1965 Penggantim seterusnya
Begitulah asal usul terjadinya nama Desa Carikan Magetan.

Asal Usul desa Belotan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan

Asal Usul desa Belotan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Bendo pada jaman dahulu ada orang yang sakti dan pandai, namun mereka tidak pernah akur serta rukun.

Mereka saling mencemooh dan mengejek seperti anak kecil, karena mengandalkan kesaktian dan kepandaiannya masing-masing. Tempat tinggal mereka berdekatan, maka tah herang apabila sering terjadi perselisihan dan perang  utuk memperebutkan daerah kekuasaan yang lebih luas.Dalam perselisihan mereka menggunakan kesaktian yang berupa guna-guan, aji-ajian atau ilmu-ilmu tinggi yang lainnya

Pada waktu itu desa yang sekarang di sebut Belotan di serang oleh warga desa Genengan, dan perselisihanpun terjadi beberapa hari. Semula haya sebatas perang mulut yaitu dengan saling mengolok-olok, debat mendebat, caci dan memaki. Untuk selanjutnya suasana menjadi semakin panas karena saling tersinggung dan pada ahirnya perlawanan fisikpun terjadi.

Suatu ketika penyerang dari genengan merasa lapar dan haus. Mereka beristirahat di suatu tempat di daerah desa mbelotan. Sambil beristirahat mereka menyusun siasat dan kekuatan bala bantuan (jw.Bolo) agar mendapat kemenangan. Maka daerah tersebut dinamakan Bolo. Disebut Bolo karena di tempat tersebut adalah sebagai tempat beristirahan tentara atau bala tentara dari Genengan (jw.Bolo).

Namun di dalam peperangan ini banyak prajurit dari Genengan terluka dan mereka di obati dengan empon-empon kunir (Kunyit yang di tumbuk halus) yang di tempelkan pada bagian yang terluka, sehingga pra prajurit Genengan yang terluka cepat sembuh. Adapun tempat dimana prajurit Genengan terluka tersebut sekarang dinamakan Sentono Kuniran.

Bala penyerang yang lain masih terus mengadakan perlawanan, walaupun kekuatannya sudah banyak berkurang karena terluka dan pada ahirnya penyerang dari Genengan itu kalah perang di karenakan kalah jumlah dan banyak yang tertangkap menjadi tawanan.

Para penyerang dari Genengan tersebut tertangkap dikarenakan mereka tidak bisa lari yang di sebabkan terjerat oleh tanaman yang bernama Cung-Cung Belut. Cung-cung Belut adalah tanaman yang batangnya kecil, kuat dan merayap. Karena banyaknya tanaman Cung-Cung Belut  yang ada di tempat tersebut, maka daerah tersebut di namakan BELUTAN, yang ahirnya berubah sebutan menjadiBELOTAN, yaitu desa Belotan sekarang ini.

Asal usul desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan

Asal usul desa dan kota Magetan kali ini masih membahas seputar asal usul desa di kecamatan Bendo, yaitu Asal usul desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan

Pada masa pimpinan Mangunrejo, beliau memerintahkan warganya untuk menanam pohon kelapa di tegalan. Hampir tidak ada tegalan yang tidak di tanami pohon kelapa. Di sana sini tampak kelihatan berjajar dan berderetan pohon kelapa.

Pohon kelapa yang di tanam oleh warga tersebut tumbuh dengan subur, dan dalam waktu yang tidak lama pohon kelapa tersebut berbunga serta berbuah. Hanya anehnya, waktu pohon kelapa itu berbunga pertama kali, baunya sangat harum sekali, padahal bunga kelapa itu tidak berbau harum. Bau harum tersebut tidak hanya dapat di rasakan di tegalan saja, tetapi hampir di setiap rumah warga.

Atas keanehan tersebut, Demang Mangunrejo berusaha untuk menyelidikinya, namun dengan segala usaha beliau tidak juga menemukan sebab-sebab keanehan hal tersebut. Maka karena keadaan yang aneh sekaligus mengherankan tersebut, Mangunrejo menamai tempat pemukiman tersebut TEGALARUM, dan hal ini di sepakati oleh rakyatnya. Nama tersebut di gunakan sampai sekarang yang di kenal dengan Desa Tegalarum.

Pohon kelapa yang di tanam oleh rakyat Tegalarum pada ahirnya tumbuh dengan subur dan dapat menambah kemakmuran rakyat desa Tegalarum.

Asal usul desa Geplak Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan

Asal usul desa kali ini membahas tentang : Asal usul desa Geplak Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan.

Awalnya desa Geplak ini adalah nama dukuhan yang masuk wilayah desa Palem, yang akhirnya pada tahun 1870 M memisahkan diri dari desa palem dan berdiri sendiri menjadi desa.

Asal nama Geplak tersebut di awali dari yang namanya Panji Surowani. Panji Surowani ini adalah pelarian dari Jawa Tengah karena di kejar-kejar oleh penjajah Belanda. Panji Surowani ini adalah dahunlunya salah seorang prajurit Pangeran Diponegoro. Karena Pangeran Diponegoro tertangkap dan terbunuh oleh belanda, para pengikutnya kocar kacir dan mencari tempat persembunyian, termasuk Panji Surowani.

Dalam pelariaannya, Panji Surowani tersebut menetap di sebuah hutan belantara dan mulai babat hutan untuk berteduh. Panji Surowani tersebut tidak hanya membuat rumah untuk berteduh, namun juga membuka lahan hutan untuk pertanian.

Tidak berapa lama banyak pelarian dari jawa Tengah juga ikutan berbondong-bondong datang ke tempat lahan baru tersebut, dan semakin lama semakin banyak jumlahnya. Para pendatang ini sangat terampil dan rajin dalam bekerja. Selain mereka terampil babat hutan untuk membuat rumah, bertani di sawah maupun ladang, mereka juga terampil membuat makanan khas jawa tengah yaituGEPLAK. Geplak adalah makanan khas Jawa tengah yang di terbuat dari tepung beras dicampur parutan kelapa dan gula, yang berbentuk bulatan seperti kelereng besar, kemudian cara memasaknya dikukus.

Karena makanan khas inilah daerah baru tersebut mereka namakan GEPLAK, yang sampai sekarang menjadi nama desa GEPLAK.

Adapun nama-nama kepala desa yang pernah menjabat di Desa Geplak adalah sebagai berikut:
  1. Panji Surowani (1830 -1864)
  2. Kromogolo (1864 - 1888)
  3. Nah (1888 - 1892)
  4. Poncojoyo (1892 - 1933)
  5. Soetoredjo (1933 - 1941)
  6. Ruslan (1941 - 1984)
  7. Rusmiyanto (1984 - 1994)
  8. Pengganti selanjutnya.
Demikian asal usul terjadinya nama desa Geplak Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan

Asal usul desa Kuwon Kecamatan Karas Kabupaten Magetan

Asal usul desa dan kota Magetan kali ini akan bercerita tentang "Asal usul desa Kuwon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan.

Kisah ini berawal di Kabupaten Purwodadi terjadi peperangan antara prajurit Pangeran Diponegoro yang dipimpin oleh Joened melawan kompeni Belanda.

Menurut cerita Joened ini adalah salah satu prajurit andalan Diponegoro yang dibenci dan dicari Belanda untuk di tangkapnya.

Peperangan di Purwodadi inipun sangat sengit, dan berulang kali kompeni belanda dibuat bulan-bulanan oleh prajurit Diponegoro, tapi akhirnya Joened mengalami kekalahan, dan mereka terdesak serta mundur beserta prajurit-prajuritnya.

Akhirnya Joened beserta prajuritnya lari mencari tempat perlindungan dan mendapatkan tempat perlindungan atas petunjuk sesepuh yang alim daerah itu. Joened beserta prajuritnya disarankan oleh sesepuh tersebut untuk segera meninggalkan Purwodadi dan minggir kearah barat. Untk selanjutnya pesan sesepuh tersebut, apabila telah sampai pada tempat yang banyak batu-batunya(berbatu-batu), supaya berhenti dan beristirahat serta berlindung.

Ternyata betul petunjuk sesepuh tersebut di jalankan oleh Joened dan prajuritnya, dan ternyata setelah minggir kearah barat Joened dan prajuritnya menemukan daerah yang persis seperti petunjuk tersebut. Daerah itu masih berupa hutan yang berbatu-batu, dan sangat tepat dan aman untuk berlindung.

Belanda yang mengejar Joened dan prajuritnya akhirnya kehilangan jejak dan kembali ke markasnya. Adapun Joened dan prajuritnya melai babat hutan untuk membuat tempat tinggal di hutan yang berbatu tersebut. Akhirnya tempat tinggal baru tersebut oleh Joened dengan nama "PAKUWON" tyang artinya tempat istirahat dan berlindung. 

Adapun kepala desa Kuwon yang berdasarkan pilihan Desa secara berturut-berturut adalah:
  1. Mbah Mengguk, terkenal dengan sebutan Jogo Ithi (sekitar tahun1850)
  2. Palang I (Tidak diketahui namanya)
  3. Palang II (Cokro Legono)
  4. Cokro Dongso
  5. Mbah Lan
  6. Hiro Kromo
  7. Dono Rejo
  8. Sono Rejo(1911 - 1955)
  9. Suyono (1955 -1990)
  10. Abdul Mukti(1990-1998)
  11. Lurah berikutnya
Demikian asal usul nama desa Kuwon Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan

Asal usul desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan

Asal usul desa Baluk Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan. Nama Baluk adalah nama salah satu desa di Magetan.

Dahulu Baluk wujudnya adalah hutan belantara dan belum ada penghuninya. Suatu ketika datanglah seorang yang namanya Patih Donowongso, atau Ki Ageng Donowongso, atau juga di kenal dengan sebutan Singo Menggolo, yaitu bangsawan dari Kadipaten Purwodadi.

Ki Ageng Donowongso keheranan terhadap tempat itu, kenapa tempat itu masih berwujud hutan dan belum ada yang mau menempatinya. Karena beliau berkeinginan untuk babat hutan tersebut untuk membuat pemukiman, dan segeralah beliau babat hutan untuk mewujutkannya.

Setelah hutan itu terbuka Ki Ageng Donowongso bersemedi untuk menemukan sebuat solusi dan jawaban, karena memang di keluarga Kadipaten Purwodadi sedang mengalami kekalutan yang sulit untuk di selesaikan. Adapun tempat semedinya adalah di tepi sungai di daerah yang baru di babat olehnya, tepatnya kira-kira diperbatasan antara desa Gebyok dan desa Baluk sekarang ini.

Akhirnya Ki Ageng Donowongso mendapatkan wisik, bahwa ia akan menemukan jalan penyelesaian apabila mau berbuat sesuatu di tepi sungai itu. Ki Ageng Donowongso merenung berhari-hari untuk memahami dan apa yang harus di lakukan di tepi sungai tersebut seperti petunjuk dalam semedinya.

Ki Ageng Donowongso berfikir lahan tersebut semula adalah berwujud hutan dan olehnya dibabat untuk pemukiman, namun ada yang kurang yaitu kebutuhan pokok yang di perlukan, kebutuhan itu adalah air yang di perlukan dalan kehidupan sehari-hari.

Akhirnya Ki Ageng donowongsopun membuat belik (kolam) kecil di tepi sungai tersebut untuk menampung air guna kebutuhan sehari-hari. Air di belik itu jernih sekali namun ada keanehan yaitu warnanya kebiru-biruan. Ki Ageng Donowongso tercengang keherananan. Pada saat memikirkan air tersebut datanglah seorang laki-laki tua menjumpainya. Seorang Lelaki tersebut menderita penyakit nafas yang sudah sangat parah, sehingga badannya kurus kering, dan berjalan kelihatan susah sekali. Lelaki tersebut minta di obati oleh Ki Ageng Donowongso. Karena mendengar keluhan dan permintaan lelaki tersebut Ki Ageng Donowongso juga bingung.

Ahirnya Ki Ageng Donowongso mendapat firasat dari Tuhan, dan di tolehnya belik yang airnya kebiru-biruan itu, dan selanjutnya memandang lelaki tua yang sakit itu seperti ada hubungan ghaib. Tanpa pikir panjang Ki Ageng Donowongso mengambil air belik itu dan diberikan kepada lelaki yang sakit tersebut untuk diminum. Ternyata sedikit demi sedikit air diminum, badan lelaki tua tersebut menjadi segar dan nafasnya juga menjadi lega. Lelaki tua yang sakit tersebut tinggal beberapa hari disitu dan meminum air belik tersebut dan akhirnya sembuh. Lelaki tua itupun kembali ketempat asalnya setelah mengucapkan terimakasih kepada Ki Ageng Donowongso.

Dengan kejadian itu maka tersebarlah beritanya kemana-mana (jw. keceluk ing ngendi-ngendi) bahwa daerah itu ada belik yang airnya dapat menyembuhkan orang sakit.Berita itupun tersebar kemana-mana  sehingga banyak orang yang menderita sakit datang untuk berobat. Bahkan keluarga Ki Ageng Donowongso sendiri yang tidak menderita sakit dan tengah terpencar-pencar berselisih karena di adu domba oleh Belanda juga datang ke tempat itu untuk menyaksikan kebenaran berita itu. Ketika sampai di situ dan tahu bahwa saudaranya sendirilah yang membuat belik itu, mereka berangkulan pertanda sangat terharu. Mereka telah lama bercerai berai untuk berselisih dan telah lama pula tidak berjumpa, sekarang semuanya telah menyadari bahwa perselisihan mereka karena di adu domba oleh Belanda, dan akhirnya bersatulah mereka seperti sedia kala.

Sementara air atau dalam bahasa jawa Banyu itu masih terus terkenal (jw.kaceluk) di mana-mana dan ternyata karena rahmat Tuhan air itu dapat di manfaatkan bagi kehidupan manusia, karena dapat menyembuhkan orang yang sakit, maka oleh para kerabat Ki Ageng Donowongso daerah tersebut di namai BALUK, yaitu mengambil dari dua kata BAnyu (air) yang kaceLUK (terkenal, tersohor). Kemudian sampai sekarang menjadi nama desa Baluk.

Adapun nama kepala desa yang pernah menjabat di desa Baluk adalah:
Singo Laksono ; putra Ki Ageng Donowongso (1835 - 1870)
Djojo Laksono (1870 - 1902)
Kromosongo (1902 - 1913)
Kromohardjo (1913 - 1921)
Ngali Mustam (1921 - 1933)
KH. Hasan Basri (1933 - 1957)
KH. Zaenuri (1957 - 1990)
Sardi Moh. Sofyan (1990 - Pengganti selanjutnya

Asal usul desa Temboro Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan

Asal usul desa dan kota Magetan kali ini akan mengulas asal usul desa Temboro Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan.

Menurut sumber yang di dapat ada dua versi tentang asal usul desa Temboro Magetan ini. Adapun kisah yang di posting kali ini adalah kisah versi I.

Orang yang pertamakali babat di daerah yang sekarang dikenal dengan Desa Temboro itu adalah Cangkrang Wesi, namun tidak ada yang mengetahui secara pasti darimana ia berasal. Daerah yang sekarang di namakan desa Temboro itu dahulunya namanya apa juga belum ada sumber yang bisa di mintai keterangan.

Setelah Cangkrang Wesi selesai menata tempat tersebut menjadi sebuah pemukiman, datanglah perantau baru yang berasal dari daerah Magelang Jawa Tengah. Pendatang baru tersebut bernama Muhammad Jamin.  Muhammad Jamin tersebut belum begitu lama bertempat tinggal di daerah tersebut, beliau belajar mengaji Alqur'an kepada seorang Kyai di Madura. Muhammad Jamin adalah murid yang sangat rajin dan pandai sehingga mendapat hadiah dari sang Kyai, yaitu putri kyai tersebut yang bernama Sa'idah. Akhirnya Muhammad Jamin pulang kembali ke asalnya dengan berganti nama Ahmadiyah, yaitu perpaduan antara nama mereka berdua.

Setelah sampai di asalnya yaitu sekarang yang namanya Temboro  tersebut mendirikan sebuah Masjid Jami', Masjid Jami' tersebut pernah di asuh oleh Kyai Mardjuki. Karena terkenalnya kyai Ahmadiyah, banyak orang yang berguru tentang agama Islam dan pengetahuan mengaji Al Qur'an. Kebanyakan para santrinya itu menetap di tempat Kyai Ahmadiyah, dan semakin lama semakin banyak para pendatang serta para pengembara dari segala penjuru yang datang dan menetap di tempat tersebut.

Banyak santri yang berdatangan selalu bertanya apakah tempatnya masih cukup untuk menetap, dan jawabanya tebane ombo! Tebane ombo artinya tempatnya masih luas. Maka dialek yang sering diucapkan oleh santri dan para pendatang baru tersebut, menjadi familiar di telinga khalayak umum dan jadilah nama tempat itu menjadi Temboro

Asal usul desa Sidowayah Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan

Asal usul desa Sidowayah Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. 

Menurut sumber yang di dapat, yang babad pertama kali dan sebagai cikal bakal desa Sidowayah adalah orang dari Jawa tengah, namun tidak diketahui dengan jelas siapa nama pendatang yang babad tersebut. 

Konon pendatang dari Jawa Tengah tersebut datang dan langsung babad hutan, mereka menemui banyak pohon-pohon besar seperti pohon beringin, dan pohon tersebut namanya adalah pohon sidowayah

Oleh karena itu setelah daerah itu terbuka untuk menjadi pemukiman, oleh para pendatang tersebut di beri nama dengan Sidowayah, yaitu mengambil dari nama pohon besar yang banyak tumbuh di daerah tersebut. Dan dalam perkembangan jaman nama itu terus di pakai menjadi nama desa Sidowayah sampai sekarang. 

Desa Sidowayah Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan ini terdiri dari dukuh, yaitu: 

1. WideI 

2. Wide II 

3. Setugu 

4. Simatan 

5. Ngancar 

Menurut masyarakat sekitar ada cerita yang berkaitan dengan 5 nama dusun tersebut: 

1. Wide I dan Wide II 

Dusun wide dahulunya bernama dusun Krajan. Sedang nama Wide ini di ambil dari tanaman yang dulu banyak di tanam oleh penduduk daerah setempat, tanaman itu adalah uwi (Ubi), dan hasil tanamanya uwi (ubi) nya besar besa (jw. Gedhe-gedhe). uWIne geDHE-gedhe 

2. Setugu 

Nama setugu karena di daerah tersebut di dahulu temukan sebuah batu seperti tugu, maka daerah tersebut di namakan Setugu. 

3. Simatan 

Ditempat ini ada tempat angker yang namanya Thong Gong (tempat penyimpanan alat musik Gong ), konon alat musik gong ini milik makhluk halus sebangsa Jin dan sering disewakan kepada penduduk sekitar. Kalau sedang tidak di sewakan dia gong tersebut akan berubah menjadi batu, dan tempat penyimpanannya di namakan thong gong, dan di karenakan sering di adakan selamatan di thong gong ini maka penduduk sekitan menamakan daerah tersebut SIMATAN 

4. Ngancar 

Dinamakan Ngancar di karenakan walaupun tempatnya jauh dan sulit serta terpencil dari dusun krajan yang namanya berubah menjadi wide namun komunikasinya tetap lancar, maka daerah tersebut di namakan NGANCAR 

Adapun yang pernah menjabat kepala desa di desa Sidowayah adalah: 

1. Palang I 

2. Palang II 

3. Palang III 

4. Tirto Leksono 

5. Gato 

6. Partodihardjo 

7. Mustahir 

8. Suparman (1943 – 1948) ini mengundurkan diri karena di paksa masuk PKI 

9. Kasmin (1948 – 1949) 

10. Suparman (1949 – 1951) ini adalah Pjs Mantan Kades 

11. Hardjo Gembong (1951 – 1961) 

12. Hardjo Djuremi (1961 – 1981) 

13. So’im (1981 – 1992) 

14. Supardi (1992 – 2002) (2003 – 208) 

15. Suharto (2008 – 2013)

Asal usul desa Plumpung Kecamatan Plaosan Magetan

Asal usul desa Plumpung Kecamatan Plaosan Magetan.  Dahulu kala ada seorang pedagang dari sebelah timur gunung lawu yang biasa menjual barang dagangannya ke daerah sebelah barat( jw. kulon) gunung lawu. Nah biasanya para pembeli tidak langsung membayarnya alias hutang atau kredit.

Suatu ketika pedagang tersebut menagih uang dagangannya yang belum di bayar para pelanggan ke kulon (barat) gunung. Dan di karenakan pelanggannya lebih dari satu atau banyak maka dalam menarik uang pinjamannya tidak cukup hanya sehari, maka pedagang tersebut terpaksa bermalam di rumah salah satu pelanggannya yang berhutang yang juga akan di tagih.

Kebetula pelanggan orang yang di tempati unutk menginap tadi mempunyai banyak kuda yang di peliharanya. Diantara kuda tersebut ada satu kuda yang aneh dan ajaib, karena kuda itu dapat terbang, yang menurut cerita orang dahulu namanya kuda Sembrani. Kuda yang sembrani ini berwarna merah kecoklatan yang disebut "Ules PLUMPUNG".

Mengetahui kuda sembrani itu, pedagang tadi sangat heran dan tertarik, dan ia meminta uang yang di pinjamkannya untuk di gantikan dengan kuda sembrani tersebut. Selanjutnya ternyata langganannya yang berhutang kepadanya rela dan setuju dengan permintaan sang pedagang tadi.

Setelah sang pedagang tadi memiliki kuda sembrani tersebut, sang pedagang mendadak menjadi kaya bukan main, karena apa yang diperbuatnya pasti akan berhasil, sehingga orang di desanya merasa heran atas kekayaan sang pedagang tersebut.

Pada suatu malam, di tengah malam yang gelap gulita, hujan turun dengan sangat lebat dan banjirpun tiba. Rumah pedagang itu hanyut dibawa banjir beserta kuda sembraninya dan anehnya rumah dan kuda sembrani itu hanyut di ikuti berpuluh-puluh ular naga yang besar-besar dan menakutkan. Entah sampai kemana rumah dan kuda tersebut dibawa hanyut, tidak ada yang tahu.

Karena kejadian itu maka orang menamakan daerah tersebut dengan nama PLUMPUNG yaitu mengambil nama dari kuda sembrani yang merah kecoklat-coklatan (ules Plumpung).

Asal usul desa Mangkujayan Magetan

Asal usul desa dan kota Magetan akan berbagi tentang Asal susul desa Mangkujayan Magetan. 

Desa Mangku Jayan terdiri dari 2 dukuh yaitu dukuh Mangkujayan yang terletah di utara sungai Gandong dan dukuh Kunden yang terletah di sebelah selatan sungai Gandong.

Bagaimanakah cerita tentang terjadinya nama desa Mangkujayan tersebut?! menurut sumber yang di ceritakan kepada kami, cerita asal usul pemberian nama desa Mangkujayan tersebut adalah sebagai berikut:

Desa Mangkujayan dahulu namanya adalah desa Pilang. Nama desa Pilang itu sendiri di ambil dari dua kata yaitu Sapine Ilang, karena di desa ini dahulunya bayak sapi yang hilang, sebab banyak pencuri dan perampoknya. Maka dari itu masyarakat desa Pilang karena menginginkan keamanan, kenyamanan, dan ketentraman banyak pendudukanya yang pindah ke sebelah barat desa pilang.

Melihat keadaan tersebut lama-kelamaan para pencuri dan perampok di desa Pilang ini bertobat dan berjanji tidak akan berbuat jahat yang meresahkan dan merugikan masyarakat. Nah pada akhirnya penduduk desa Pilang merasa aman, tentram dan dapat mengku (jw. menjaga) desanya dengan baik, hingga sampai kepada kejayaan. Dan dengan kata sepakat dari seluruh warga desa Pilang, nama desa Pilang di ganti dengan nama desa MANGKUJAYAN hingga sekarang ini.

Asal usul desa Kerik Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan

Asal usul desa Kerik Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan. Desa Kerik adalah salah satu nama desa di wilayah Kabupaten Magetan.

Dahulu desa kerik berwujud hutan belantara yang sulit di tembus, karena banyak binatang buas seperti harimau, ular, kera dan binatang lainnya, serta banyak sendang dan rawa-rawa yang bertebaran di mana-mana.

Pada suatu hari datanglah seorang Palang beserta pengikutnya dari Mataram Jawa Tengah. Palang ini wajahnya kelihatan menyeramkan, karena berkumis dan berjenggot panjang. Kedatangan mereka ke daerah hutang yang berawa itu dikarenakan mereka adalah buron Belanda. Mereka kabarnya sangat di benci oleh belanda karena Palang dan pengikutnya sering mengacau dan mengobrak-abrik pemukiman dan markas Kompeni belanda, mengakibatkan ratusan kompeni belanda menjadi korbannya.

Karena Palang berkumis dan berjenggot itu menjadi musuh bebuyutan, serta menjadi buron kompeni belanda ia merahasiakan namanya untuk melindunginya. Karena tidak ada yang mengetahui namanya termasuk kompeni belanda, mereka lebih di kenal Palang berkumis dan berjenggot.

Karena Palang berkumis dan berjenggot  tersebut di kejar dan di buru oleh kompeni Belanda, maka ia sengaja mencari daerah yang berhutan-hutan dan sulit untuk di jangkau oleh Belanda dan sampailah ia di hutan yang berawa yang sekarang lebih dikenal dengan desa Kerik.

Karena mereka berjalan demikian jauh melewati hutan, rawa, lereng-lereng gunung serta menyusuri bukit-bukit dengan hanya berjalan kaki saja, mereka berhenti sejenak untuk beristirahat di suatu sendang yang indah pemandangannya serta sangat nyaman udaranya.

Tempat yang pemandangannya indah dan udara yang nyaman tentunya membuat mereka betah untuk beristirahat sambil merencanakan perjalanan selanjutnya dan apa yang akan terjadi dalam perjalanan selanjutnya. Sambil beristirahat di sekitar sendang itu Palang berkumis dan berjenggot tersebut mencukur kumis dan jenggotnya yang tebal (jw. kerik-kerik) hingga bersih.

Dirasa cukup beristirahatnya Palang dan pengikutnya memutuskan untuk membabad hutan dan menetap di daerah tersebut. Berhari-hari dan bahkan berbulan-bulan mereka membabad hutan, menebang pohon, meratakan lahan hingga akhirnya terwujudlah sebuah pemukiman baru yang layak untuk dihuni. Kemudia n Palang menamai tempat pemukiman baru tersebut dengan nama "KERIK", karena Palang waktu datang pertama kali sempat mencukur kumis dan jenggotnya (jw. Kerik-kerik) hingga bersih di pinggir sendang. Dan pemukiman tersebut menjadi berkembang sampai sekarang yang di kenal dengan desa Kerik.